Penampilan Jeko Fauzy Memukau Penggemar
Sunday, September 4, 2016
Edit
Jeko Fauzy ketika tampil di Waanal Coffe and Resto. |
SAPA (TIMIKA) – Aransemen lagu Yamko Rambe Yamko mengawali penampilan musisi Jazz asal Indonesia Timur Jeko Fauzy, saat tampil di Waanal Coffe and Resto, Sabtu (3/9) dalam konser yang bertajuk Music is My Escape.
Penampilan Jeko lewat petikan gitarnya, mampu memukau pecinta musik Jazz dan Blues yang memadati ruang itu. Jeko yang tampil secara exclusive ini terselenggara atas kerjasama Waanal Coffee and Resto dan BRI Cabang Timika sebagai sponsor utama.
Membuka pertemuannya bersama para penggemar, pria bermarga Marasabessy ini mulai memainkan jemarinya memetik gitar yang mengalunkan instrumental Yamko Rambe Yamko seolah menanam kesan keistimewaan Jazz dan Blues di telinga para penggemarnya.
Puluhan lagu barat yang dimainkan lewat petikan – petikan jarinya pun semakin menjadikan suasana semakin meriah. Meski sesekali para penggemar terhanyut dalam alunan syahdu yang menggaung dari suara gitar yang dipetik lincah oleh pria yang menetap di Pulau Dewata ini.
Di sela memetik gitar yang mengangkat namanya di dunia musik Indonesia ini, Ia pun sesekali mengucapkan kalimat – kalimat romantis yang terangkai dari suara gitar petikannya tersebut. Hal ini tentunya menjadikan seluruh penggemar kian bedecak kagum dengan gelengan kepala karena merasa tersanjung.
Dalam konser tunggal ini, pria yang sudah memiliki satu anak ini mengakui kecintaannya akan Jazz dan Blues pertama kalinya dari sang Ibu Olgha Nanulaitta sejak usai 6 tahun. Kala itu, Jeko
mengenal musik secara praktis main piano, orgen dan guitar.
Sejak usia 8 tahun Jeko, selalu aktif tampil di musik untuk teater, drama anak dan pantomim, karena sang Ayah Husein Rahimy Marasabessy adalah pelukis dan guru teater di Jakarta.
Kata Jeko, konser ini dilakukan untuk memperkenalkan kepada kaum muda se Indonesia khususnya Mimika, agar mereka juga mengetahui bahwa, musik sesungguhnya bukan sekedar untuk menghibur, tetapi memiliki makna dan arti tersendiri dari setiap yang dierdengarkan dari musik itu sendiri.
Menurut Jeko, Jazz and Blues merupakan aliran musik yang lumayan jarang diperdengarkan di Indonesia. Akan tetapi, untuk Indonesia Timur khususnya Maluku dan Denpasar, aliran musik ini sudah lumayan banyak didengar orang – orang yang kelahiran era 70 an, namun untuk kaula muda, masih perlu diperkenalkan kembali.
Jeko menjelaskan, apa yang telah dia tampilkan merupakan bahasa kalbu yang selalu dia ucapkan melalui petikan – petikan gitarnya. Dengan demikian, apa yang dia sampaikan tersebut bisa menyentuh hati para penggemar.
“Semoga dengan konser ini bisa membangkitkan semangat kaum muda untuk mencintai musik – musik yang bersifat instrumental. Untuk Indonesia Timur kecintaan akan musik jenis Jazz dan Blues, lumayan banyak, namun perlu diperkenalkan lebih luas lagi kepada kaum muda,” ujarnya.
Jeko pun mengagumi rangkaian acara yang dipersiapkan oleh pemilik Waanal Coffee and Resto yakni, dalam satu acara inti, sengaja dikolaborasikan dengan acara bebas yang memberikan kesempatan berbaur antar penggemar dengan artisnya. Sehingga dengan demikian kesan keakraban antara artis dan penggemar terjalin hangat.
Terkait hal tersebut, dirinya mengucapkan terima kasih kepada Waanal Coffee dan Resto, serta BRI Cabang Timika yang telah mendukung sehingga konsernya bisa berjalan dengan baik.
“Jujur saya sangat berterima kasih dengan Waanal Coffee & Resto, serta BRI yang membantu dan memberikan kesempatan untuk saya tampil disini. Saya senang sekali dengan konsep acaranya yang bisa mendekatkan saya dengan para penggemar Jazz dan Blues,”ungkap Jeko.
Untuk diketahui, Jeko adalah pria kelahiran Jakarta 20 Oktober 1979. Pria asal Ambon ini pertama kalinya mengenal musik dari sang Ibu Olgha Nanulaitta sejak usai 6 tahun. Kala itu, Jeko
mengenal musik secara praktis main piano, orgen dan guitar.
Sejak usia 8 tahun Jeko, selalu aktif tampil di musik untuk teater, drama anak dan pantomim, karena sang Ayah Husein Rahimy Marasabessy adalah pelukis dan guru teater di Jakarta.
Dunia show sudah di mulai dari usia 8 tahun sampai akhirnya tahun 2000 Jeko memutuskan untuk belajar musik barat secara akademis di Anima Musik Jogjakarta pada tahun 1999-2000, dan melanjutkan program S1 di Intitut Seni Indonesia Jogjakarta tahun 2000-2006.
Sebagai mahasiswa, Ia menekuni musik classic Eropa, seperti karya-karya Francesco Taregga, Villa Lobos Isaac Albeniz, dll. Hingga Ia menentukan untuk belajar improvisasi jazz lebih mendalam dari dosen Contrabass, Agung Prasetyo tahun 2002.
Saat menjadi mahasiswa, Ia sudah mulai aktif sebagai pengajar di lembaga-lembaga sekolah musik di Jogjakarta. Dan sebagai profesional arranger, dia juga mulai membuat arrangement untuk format combo, Chambers music, Bigband, bahkan light Orchestra.
Tahun 2002, Ia mendapatkan Anugerah 'the best jazz guitarist Indonesia' di festival Jazz Goes to Campus Universitas Indonesia - UI Jakarta. Sekaligus band besutannya 'Corners Band' mendapat Anugerah 'The Best Jazz Band Indonesia'. Yang mana anggota Band sekarang adalah pelaku-pelaku music jazz Indonesia seperti Fany Kuncoro, Helmy Agustrian dan Pramono Abdi Pamungkas.
Tahun 2004, Ia membentuk Bigband 'Jurasik' yang seluruh anggotanya merupakan mahasiswa Seni musik jogjakarta dan mendapatkan anugerah dari Institut Teknik Bandung sebagai 'Bigband terbaik Indonesia' tahun 2005. Dan para anggota itu pun sekarang menjadi musisi profesional di Jakarta dan Bali. Diantaranya Andi Gomez (piano), Dede Pardede, Donna Koeswinarno, Bimo Haryo dll. Mereka sekarang menjadi pemain tetap di Erwin Gutawa Orchestra, Addie M.S. Twilight Orchestra, dll.
Sebagai jazz guitarist, Jeko pernah belajar dengan Olle Patiselano, Agam Hamzah, Koko Harsoe, Rahman Pati'iha, Dion Janapria, Johanes Rahardianto, dll. Dan untuk mentor Internasional, Jeko Pernah belajar dengan Guenter Weiss (Germany), Reg Schwager (Canada), Gilad Hekselman dan Joe Rosenberg, David Sills (U.S.A) David Ades ( Australia), Peter Ypma (Netherland), dll.
Sebagai guitarist jazz, ia telah terlibat dalam pengarapan album International bersama musisi jazz Internasional. Dan partisipasi dalam berbagai event jazz Nasional dan Internasional.
Setelah perjalannya, sekarang Ia menetap di Bali sebagai leader group Jeko Fauzy Trio , Jeko Fauzy Quartet dan Saraswati Quartet, dan telah menghasilkan 3 album bersamanya.
Sebagai pengajar musik, dia pernah mengajar di sekolah musik milik Dwiki Darmawan 'Farabi Musik' Denpasar, Yamaha Music School dan mengajar musik di beberapa International School di Bali. (Red/Acik N)
Related Posts