Pasca Negosiasi, Situasi Distrik Kwamki Narama Mulai Mereda

Anak-Anak yang sudah leluasa bermain pasca negosiasi menuju perdamaian di Distrik Kwamki Narama – SAPA SALDI
SAPA (TIMIKA) – Pasca dilakukannya negoisasi dan kesepakatan oleh masing-masing kelompok yang bertikai di Distrik Kwamki Narama, Kabupaten Mimika, Papua, suasana ketegangan di daerah tersebut mulai mereda. Ini karena, kelompok-kelompok yang terlibat konflik mengurungkan niat untuk kembali berperang.

Demikian disampaikan Kapolres Mimika AKBP Yustanto Mujiharso,SIK., M.Si kepada wartawan di Hotel dan Resto Cenderawasih 66, Timika, pada Jumat (29/7).

“Dari pantauan kami, kondisi di Kwamki Narama sudah sedikit membaik. Dimana kelompok bawah, tengah, dan atas, sudah sama-sama kooperatif,” jelas Kapolres.

Kata dia, walaupun demikian, aparat keamanan TNI-Polri masih disiagakan di Distrik Kwamki Narama. Karena tidak dipungkiri, bahwa masih ada saja sebagian kecil dari pihak-pihak tertentu yang belum puas atas kesepakatan dan masih menghendaki perang. Sehingga masih terus memancing agar perang kembali berkecamuk.

“Masih ada pihak-pihak tertentu yang memancing. Tapi setelah kami tekan dan memberikan pengertian, mereka mulai mengerti,” ujar Kapolres.

Kapolres menambahkan, dari pasca negoisasi dan kesepakatan yang sudah dilakukan, pihaknya telah mendapatkan informasi, bahwa dalam satu hari ini, Jumat (29/7), ternyata pihak dari kelompok atas (Iliale-red) telah melaksanakan ritual adat cuci darah. Dimana ketika ritual cuci darah ini dilakukan, maka kelompok yang bersangkutan sudah berniat untuk mengakhiri perang.

“Ada sekitar 300 orang yang melakukan ritual cuci darah. Dengan demikian, kelompok ini sudah menganggap bahwa perang sudah selesai,”ujarnya.

Lanjutnya, sementara untuk denda adat, rehabilitasi, dan renovasi rumah-rumah yang dibakar, dari hasil negosiasi bersama Bupati Mimika, Bupati Puncak, dan Kapolda, maka akan diusahakan dan ditanggulangi Pemerintah Kabupaten Mimika dan Puncak.  

“Pemkab Mimika dan Puncak akan menyelesaikan untuk masalah adat, rehabilitasi, dan  renovasi,” terangnya.

Di lain tempat, Atimus Komangal yang merupakan pemilik perang (penanggungjawab,red) dari kelompok bawah, secara tegas menyampaikan tidak menginginkan adanya perang. Dan saat ini pihaknya berada pada posisi sebagai pihak korban. Ini karena tiga korban meninggal dunia dari kelompok atas telah menjadi tanggungjawabnya, dengan menerima jasad korban dan dibakar melalui ritual adat.

“Saya tidak mau perang-perang lagi. Saya dan Kepala Suku Iliale sudah ketemu dengan Bupati Puncak, dan sepakat untuk perdamaian. Semua sudah menghormati pembicaraan dari Kapolda, sehingga sepakat untuk dan harus damai,” tegas Atimus kepada Salam Papua, diruang kerjanya, kantor DPRD Mimika. (Saldi/Ervi)
Related Posts

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel