Kubu Bawah Menolak Bertanggungjawab Atas Korban Jiwa Penyerangan di Iliale

Pertemuan Kapolda Papua Irjen Pol Drs. Paulus Waterpauw dengan antara dua kelompok Konflik di Kawamki Narama - SAPA SIMON
SAPA (TIMIKA) – Kubu bawah menolak untuk menerima jenazah korban sekaligus menyatakan tidak bertanggungjawab atas penyerangan di Iliale, Distrik Kwamki Narama, Kabupaten Mimika, Provinsi Papua.Senin (25/7) lalu. Hal ini terungkap dalam pertemuan yang digelar di Rimba Papua Hotel (RPH) dengan menghadirkan pihak dari kubu bawah dalam konflik perang adat di Kwamki Narama.

Pertemuan yang berlangsung, Rabu (27/7) itu dihadiri oleh Kapolda Papua, Irjen Pol Drs Paulus Waterpauw, Danrem 174/ATW Merauke, Kol Inf Asep Setiawan Gunawan, Bupati Mimika Eltinus Omaleng, Bupati Puncak Willem Wandik, Ketua DPRD Mimika Elminus B Mom, beberapa pejabat daerah lainnya serta pihak dari kubu bawah dalam hal ini kelompok dari Atimus Komangal dan Benyamin Kiwak yang diwakili oleh Alex Murib. 

Selaku pihak yang mewakili Atimus Komangal atau kubu bawah, Alex Murib mengatakan bahwa pihaknya dari kelompok kubu bawah menolak jenazah korban yang saat ini masih berada di RSUD Mimika dan belum dibakar secara adat. Sebab menurut Alex, korban merupakan orang luar dan tidak mengetahui masalah yang sebenarnya dalam perang adat yang terjadi di Kwamki Narama. Dalam hal ini kubu bawah secara tegas menolak untuk bertanggungjawab terhadap korban jiwa saat penyerangan di Iliale.

“Saya adalah kubu bawah, saya turut ikut perang dan saya punya perang, dan perang ini bukan perang suku. Saya ciptakan perang dan saya tidak pernah bawa keluar dan medan perang di halaman sendiri (sebatas Kwamki Narama-red). Kami dua Komangal berperang di medan perang, di satu tempat saja dan tidak pernah bawa keluar perang tersebut. Perang tersebut menghilangkan dua korban nyawa, jadi korban itu tidak ada sangkut paut dengan kami,” tegas Alex Murib dalam pertemuan itu.

Sementara itu penyampaian yang disampaikan Kapolda dalam pertemuan itu bahwa, pihak dari kubu bawah harus memahami bahwa keluarga dari kubu Iliale sedang berduka atas penyerangan yang terjadi pada hari Senin kemarin. Oleh sebab itu Selasa kemarin keluarga dari almarhum Genius Kogoya yang ditewas diterjang puluhan anak panah, bertemu dan difasilitasi oleh Bupati Mimika dirumah negara. Pertemuan itu guna membahas rencana perdamaian antar kelompok yang bertikai di Kwamki Narama. Namun, dalam pertemuan itu pihak keluarga meminta adanya penjelasan baik dari kubu bawah maupun kubu atas serta memiliki rasa tanggungjawab atas peristiwa penyerangan ke Ililale dan menewaskan tiga orang serta membakar dan merusak harta benda milik warga Iliale.

“Keluarga korban ingin meminta penjelasan sekaligus rasa tangungjawab, antara keluarga di kubu bawah dan juga di kubu atas,” kata Kapolda.

Konflik yang telah memakan banyak korban, otomatis pemerintah yag saat ini sudah mau mengawali penyelesaian dengan cara berbicara dari hati ke hati bersama keluarga korban. Dari situ pihak keluarga korban sudah mau untuk pertikaian ini berakhir dengan aman. Sebab dari pertikaian yang terjadi selain sudah memakan korban jiwa, juga sudah meluas hingga ke Kabupaten Puncak.
Oleh sebab itu untuk menyelesaikan pertikaian baik yang ada di Kabupaten Mimika maupun di Kabupaten Puncak, akan diselesaikan satu per satu. Namun jika pertikaian di Mimika sudah bisa diselesaikan dengan baik maka dengan otomatis pula pertikaian di Kabupaten Puncak berakhir dengan sendirinya.

“Konflik perang antara dua kelompok dan antara keluarga harus berakhir, karena pemerintah tidak mau lagi ada konflik di Kabupaten Mimika, khususnya di Distrik Kwamki Narama. Pemerintah akan menangani persoalan ini sampai tuntas dan kami tidak mau lagi persoalan ini akan terjadi perang antara kelompok maupun keluarga,” jelas Kapolda.

Masyarakat khususnya kubu bawah dan kubu atas diminta untuk berpikir secara jernih, jika konflik perang adat terus terjadi sehingga memakan banyak korban yang masih merupakan keluarga, maka tanah Amungsa akan ditempati orang lain. Hal ini ditekankan Kapolda agar masyarakat yang berkonflik dapat memikirkan itu, kalau pertikaian yang terjadi hanya akan menghabiskan masyarakat itu sendiri di tanah Amungsa.  

“Pikiran harus terbuka, karena awan ini berkembang pasti ada apa terjadi disini. Kita ini orangtua semua, kita harus bertangungjawab kepada anak-anak kita dan kepada generasi kita. Mudah-mudahan kalian mengerti apa yang saya sampaikan ini,” kata Kapolda.

Sementara itu Ketua DPRD Mimika mengatakan, konflik yang terjadi di Timika sudah menjadi sorotan dunia internasional, sehingga hal ini membuat malu negara orang mulai bertanya apa yang dikerjakan TNI-Polri serta Pemerintah setempat. Apalagi konflik perang ini sudah meluas hingga pihak lain yang tidak terlibat menjadi korban dan terlibat.

“Jangan sampai imbas dampaknya orang lain yang jadi korban, anak sekolah susah untuk sekolah, orang di Gereja tidak bisa pelayanan. Perang yang ada karena ada sebab dan akibat, ada yang katakan bahwa ini merupakan perang suku, namun ini sebenarnya perang keluarga. Dampak dari perang ini keluar kemana-mana. Kami akan melihat persoalan yang terjadi ini dan berharap agar persoalan ini bisa diselesaikan,” jelas Elminus Mom.

Selanjutnya Danrem 174/ATW Merauke dalam penyampaiannya mengatakan, pihaknya diperintahkan Pangdam XVII Cenderawasih untuk datang ke Timika dan mengatasnamakan pemerintah untuk sepenunya mendukung Kapolda dalam mengambil langkah untuk mengatasi konflik di Mimika.

“Saya sangat mengerti bahwa bapak Kapolda tahu tentang adat istiadat disini, karena beliau adalah putra daerah dan beliau orang Timika. Saya berharap muda-mudahan perdamaian besok berjalan dengan baik. Kita berdoa Tuhan hadir untuk kebaikan besok untuk perdamaian,” katanya.

Kesimpulan perdamaian direncanakan terjadi Kamis pagi. Meski dinamika ada dua sisi pada konflik ini, dari sisi penyelesaian konflik menggunakan aturan hukum pada adat yang ada, maupun hukum positif.

“Kita juga sudah menemui titik temunya. kepala perang Atimus Komangal yang sekarang dalam perjalanan menuju Timika, kita akan bantu untuk memesan tiket supaya besok pagi bisa sampai di Timika. Karena garis benang merahnya cuma waktunya besok (hari ini-red). Kalau tidak di taati secara adat, maka hukum Negara yang maju untuk menagani masalah ini,” terang Danrem.

Jika pemerintah yang akan proses pemakaman terhadap para korban, berarti semuanya akan menjadi tanggungjawab pemerintah. Maka dengan begitu pemerintah akan bertindak tegas terhadap konflik perang dan bahkan pemerintah akan menangkap semua yang terlibat dalam perang antara dua kelompok yang bertikai. (CR3)
Related Posts

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel