Dua Gempa Tektonik 5,3 dan 5,5 Guncang Samudra Hindia Selatan Lampung


JAKARTA, LELEMUKU.COM – Dua gempa tektonik mengguncang Samudra Hindia selatan Lampung dengan magnitudo 5,3 dan 5,5 terjadi dalam waktu yang hampir bersamaan, yaitu pada pukul 11.18.21  WIB dan 11.30.54 WIB Rabu, 13 Februari 2021.

Hal ini membuat gempa yang terjadi di selatan Lampung dapat disebut sebagai gempa kembar atau doublet earthquake, yakni peristiwa gempa bumi yang kekuatannya hampir sama, dan terjadi dalam waktu serta lokasi pusat gempa yang relatif berdekatan.

“Namun, apakah kedua gempa yang terjadi itu saling berkaitan? Apa juga penyebabnya? Gempa kembar yang terjadi bisa jadi memiliki keterkaitan antara satu dengan yang lain atau antara gempa pertama dan kedua,” ungkap Kepala Bidang Mitigasi Bumi dan Tsunami BMKG, Dr. Daryono, S.Si., M.Si pada Senin, 15 Februari 2021.

Ia menjelaskan antara kedua gempa yang terjadi tersebut bisa saja berkaitan, kemungkinan penyebab terjadinya beberapa gempa kembar adalah pertama, gempa kembar dapat disebabkan oleh picuan statsis. Fenomena gempa kembar diduga akibat adanya pemicuan gempa yang bersifat statis (static stress transfer) dari gempa yang sudah terjadi sebelumnya.

Transfer tegangan statis ini berkurang secara cepat terhadap jarak, sehingga gempa kembar biasanya memiliki lokasi yang berdekatan. Pemicuan bersifat statis dapat terjadi pada peristiwa dua atau lebih gempa yang sangat berdekatan sumbernya dalam waktu yang berdekatan, seperti halnya gempa Lombok 2018.

Kedua, gempa kembar terjadi karena faktor kebetulan saja, di mana dua gempa yang terjadi memang bersumber dari masing-masing sumber gempa yang sama-sama “sudah matang”, karena sudah lama mengalami akumulasi medan tegangan (stress) maksimum. Alhasil, terjadilah pelepasan atau rilis energi gempa secara hampir bersamaan dengan lokasi sumber yang relatif berdekatan.

“Gempa kempar juga perlu diwaspadai karena jika kekuatannya besar dapat berdampak sangat merusak jika episenternya dekat dengan permukiman penduduk. Ibarat gempa besar yang mengguncang sebanyak dua kali maka dampaknya akan semakin besar,” sebut Daryono.

Sedangkan gempa kembar berkekuatan besar jika terjadi di laut dengan kedalaman dangkal dapat memicu terjadinya tsunami seperti gempa kembar yang terjadi di Bengkulu pada 12 September 2007 dan gempa kembar di barat Aceh pada 11 April 2011.

Di wilayah Indonesia sudah beberapa kali terjadi gempa kembar, diantaranya gempa kembar Bengkulu pada 12 September 2007 magnitudo 8,4 dan pada 13 September 2007 magnitudo 7,8, gempa kembar Aceh 11 April 2011 magnitudo 8,6 pukul 15.38 WIB dan magnitudo 8,6 pukul 5. 17.43 WIB.

Gempa kembar Bengkulu 19 Agustus 2020 magnitudo 6,8 pukul 5.23 WIB dan magnitudo 6,9 pukul 5.29, gempa kembar selatan Pangandaran 24 Agustus 2020 magnitudo 5,2 pukul 00.38 WIB dan magnitudo 5,0 pada pukul 00.54 WIB dan gempa kembar selatan Lampung 13 Februari 2021 magnitudo 5,3 pukul 11.18.21  WIB dan 5,5 pada pukul 11.30.54 WIB.

Daryono menambahkan hasil monitoring BMKG menunjukkan bahwa zona gempa di Samudra Hindia selatan Bengkulu dan Lampung memang sedang terjadi peningkatan aktivitas gempa selama 3 bulan terakhir. Gempa signifikan dengan magnitudo diatas 5,0 sudah terjadi sebanyak 14 kali sejak bulan November 2020.

“Meskipun segmen Megathrust Enggano sudah terjadi gempa besarnya pada tahun 2000, tetapi kita tidak boleh mengatakan segmen selatan Bengkulu - Lampung ini aman seratus persen, kewaspadaan perlu terus kita tingkatkan dan kedepankan di setiap wilayah dekat sumber gempa potensial,” tambahnya. (Laura)

Related Posts

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel