Djunaidi Minta Masyarakat Tanimbar Waspadai La Nina
Saturday, January 2, 2021
Edit
SAUMLAKI, LELEMUKU.COM – Kepala Kantor Pencarian dan Pertolongan (SAR) Ambon, Djunaidi S.Sos., MM meminta masyarakat di Kabupaten Kepulauan Tanimbar mewaspadai potensi bencana fenomena La Nina yang melanda seluruh wilayah Indonesia sejak bulan November 2020.
“Ketika cuaca tidak bisa kita kendalikan, janganlah kita keluar, istirahat dulu. Kenali dulu cuaca yang ada, karena cuaca saat ini tidak menentu. Apalagi mulai dari bulan November sampai Januari 2021 ada prosesi La Nina,” minta dia saat melakukan evakuasi seorang nelayan Larantuka, Kabupaten Flores Timur (Flotim), Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), Antonius Raja Tobi di Saumlaki pada Rabu, 30 Desember 2020.
Menurutnya dampak La Nina yang mampu memicuh curah hujan yang jauh lebih tinggi dibandingkan kondisi normal dapat mengakibatkan terjadinya banjir dan tinggi gelombang air laut.
“La Nina adalah hujan yang sangat deras yang turun dan tidak terkendali. Bila terjadi, otomatis di darat akan terjadi banjir dan di laut juga akan memberikan rasa tidak nyaman bagi para nelayan untuk berlayar,” katanya.
Secara khusus kepada para Nelayan, Djunaidi berpesan agar membatasi wilayah pencarian ikan hingga fenomena itu berakhir agar kejadian yang dialami nelayan Larantuka Antonius tidak dialami oleh nelayan Tanimbar.
“Kepada seluruh masyarakat kalau boleh saat cuaca buruk jangan keluar dulu, jangan dipaksakan. Mencari rejeki masih ada besok, daripada nyawa kita hilang,” imbaunya.
Sebelumnya, Badan SAR Nasional (Basarnas) Maluku dan Pangkalan TNI-AL (Lanal) Saumlaki berhasil mengevakuasi seorang nelayan dari Larantuka, Kabupaten Flores Timur (Flotim), Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) yang dilaporkan telah hilang dilaut selama 3 minggu.
Djunaidi mengungkapkan upaya pertolongan dan evakuasi terhadap Antonius Raja Tobi ini dilakukan setelah pihaknya mendapatkan informasi adanya warga Indonesia yang ditemukan aparat keamanan Laut Australia pada 23 Desember 2020.
Hal ini ditindaklajuti dengan pengerahan Kapal Penyelamat atau Rescue Boat KN SAR 242 Bharata dari Tual ke Saumlaki, Kabupaten Kepulauan Tanimbar.
"Kami mendapat informasi itu pada tanggal 23 Desember pada pukul 22.06 WIT dari Kepala Kantor Pencarian dan Pertolongan Kupang bahwa di wilayah Ambon ada satu nelayan hilang dengan kapalnya yang sudah dicari. Ia sudah terapung-apung selama 3 minggu," ujar dia.
Pelaksanaan operasi SAR, ungkapnya dimulai pada 24 Desember 2020 hingga tanggal 29 Desember saat korban ditemukan selamat dan sehat.
"Operasi dan hari ini adalah hari yang ke tiga pelaksanaan. Di hari ini pada pukul 05.15 wit kapal tersebut kita temukan dengan menggunakan armada laut dari SAR dan Bakamla," ujar dia.
Ia menyatakan upaya penyelamatan tersebut berhasil dilakukan dengan kerjasama semua pihak termasuk pemerintah Australia yang memberikan ijin kepada Basarnas guna memasuki wilayah negara tersebut dengan alasan darurat yang dimaklumkan.
Usai menjalani pemeriksaan kesehatan dari para petugas, Antonius Raja Tobi menyatakan dirinya berusaha bertahan hidup ditengah laut dengan memakan rumput dan gulma laut yang terapung dan meminum air hujan.
Pria asal Desa Pante Oa, Kecamatan Wulanggitang, Kabupaten Flotim itu menyatakan dirinya bertahan hidup meski tidak dapat mengoperasikan kapal KMP Trasida Mulia.
Ia menyatakan, kapal berbobot GT19 yang dimiliki oleh Antonius Herman, warga Tanjung Periuk, Jakarta tersebut hanya membawa dirinya.
Sementara 3 rekannya yang lain diantaranya Jo Temu, Stefanus Huwu dan Kenatius Tobi telah menyelamatkan diri saat kapal tersebut terbawa arus laut dari Laut Sawu ke Arafura.
Ketiganya kata Raja Tobi, telah diselamatkan oleh nelayan yang ada, sementara dirinya berusaha untuk bertahan hidup diatas kapal tersebut.
Selanjutnya pria berumur 45 tahun itu juga mengaku jika ia tidak dapat mengoperasikan kapal tersebut, meski sudah diberikan bantuan berupa telepon satelit, kompas dan solar, radio beacon serta bahan makanan serta peralatan pendukung dari Badan SAR Australia atau Australian Maritime Safety Authority yang bergerak dari Darwin, Northern Territory.
Dia juga mengungkapkan bahwa mesin kapal tersebut telah mati total sejak terlepas dari daratan. Sehingga secara perlahan, kapal tersebut tenggelam dan selama perjalanannya ia hanya berharap agar diberikan mujizat serta pertolongan. (Laura Sobuber)
Related Posts