Mengenal Musisi Jazz Asal Indonesia Timur Jeko Fauzy (Bagian II)


Jeko Fauzy
SETELAH kita membaca karier Jeko Fauzy di edisi Senin (29/8), kini hasil wawancara Salam Papua dengan Jeko.

Berikut wawancaranya :

SAPA     : Boleh cerita mengenai siapa Jeko Fauzy ?

Jeko       :  Saya hanya guitarist biasa seperti pada umumnya guitarist, yang cinta pada dunia musik, gemar menggali ketidaktahuan, senang berbagi ilmu dan Karya musik.

SAPA     : Awal mula terjun kedunia Musik?


Jeko       : Sejak SLTP bikin band untuk ikut perlombaan. Dan tour keliling antar sekolah.

SAPA     : Sudah berapa lama bermusik dan kenapa memilih gitar dan jazz ?


Jeko       :  Sudah hampir 25 tahun main musik. Saya pilih gitar karena tidak mengganggu orang saat saya sedang berlatih, gampang dibawa kemana-mana.
Karena cuma jazz musik yang bisa mewakili aspirasi dan ekspersi saya.

 SAPA     : Siapa yang paling menginspirasi bung Jeko dalam bermusik ? (musisi Indonesia dan luar Negeri)

Jeko       : Sebenarnya semua musisi dari berbagai level yang pernah saya temui menginspirasi saya. Untuk jazz guitarist Indonesia saya terinspirasi Om Jack Lesmana dan Oele Patiselano. Untuk yang dari luar Negeri Jim Hall dan Gilad Hekselman.

 SAPA     : Sempat belajar gitar dengan siapa saja? Dan siapakah mereka didalam dunia jazz?

Jeko       : Beruntung bisa mengenal dan belajar dengan gitaris asal Ambon Om Oele Patiselano dan Benny Likumahuwa (multi Instrument). Gitaris Guinter Weiss, professor Pedagogig jazz di kota Koeln German. Reg Schwager gitaris jazz terbaik peraih Grammy award Canada yang nenek nya adalah orang Indonesia. Gilad Hekselman peraih best 2nd Thelonious Monk guitar competition, gitaris muda yang bermukim di New York dan pengusung modern jazz yang sangat berpengaruh pada dunia jazz saat ini.

SAPA     : Pasti pernah satu panggung dengan musisi-musisi jazz Indonesia lainnya, dan siapa yang paling membuat bung Jeko kagum ?


Jeko       :  Saya sangat terkesan main dengan Om Idang Rasidi, Ia paham betul dengan musik dan show nya. Ia mengerti betul apa yang di inginkan audience. Hingga setiap show dengan beliau selalu menyenangkan.

 SAPA     :  Pernah performance dievent besar apa saja, dan paling berkesan kapan, dimana dan kenapa?

Jeko       : Menurut saya tampil di event apa saja adalah sama saja, yang terpenting kita selalu menampilkan yang terbaik di setiap penampilan.  Yang sangat terkesan adalah tampil di concert amal gempa Jogjakarta tahun 2006. Di tengah suasana tegang dan duka di tinggal sanak keluarga yang menjadi korban gempa, saya dan band harus memotivasi dan menghibur korban, mengingat concert amal itu hanya dua minggu paska gempa.

SAPA     : Siapa penyanyi Indonesia yang paling keren menurut bung Jeko?  Apakah sudah pernah sepanggung dengan beliau?


Jeko       :  Untuk yang senior saya selalu senang mengiringi Tante Margie Segers. Saya pernah bermain di fakultas kedokteran UGM . Ide spontan nya selalu menggambarkan kalau dia adalah the real Artist, bukan cuma singer seperti pada umumnya.
Saya pernah bermain format duet dengan Dira Sugandi. Menurut saya, Dira adalah penyanyi terbaik Indonesia saat ini. Dia bisa memahami arrangement musikal dengan cepat dan cermat. Dan menggunakan bahasa musikal dengan baik, misalnya saat dia menyanyikan latin jazz dia bisa bernyanyi dengan dialek latin dengan baik, saat main swing dia juga menggunakan attitude swing music bahkan funk dan soul juga.

SAPA     : Saat bermain atau belajar jazz dalam prosesnya, apa yang bisa di aplikasikan dalam kehidupan kita sehari-hari?


Jeko       : Musik jazz yang kandungan improvisasi sangat kaya, bukan berarti meniadakan konsep pendekatan tertentu. Hal ini dapat di implementasikan bahwa, untuk memiliki akselerasi cerdas pada dunia apapun yang kita geluti saat ini, kita harus total menguasai dan paham betul dengan dunia itu agar kita bisa berkontribusi ide, inovasi, estetika terhadap cita rasa hingga bergerak harmonis, maka hadirlah sebuah konsep.

Musik Jazz itu sangat personal karakter, kita gak bisa memaksakan kehendak bahwa si A harus sama dengan si B. Semua pemain punya hak yang sama untuk menjadi dirinya sendiri. Tetapi dengan proses yang baik dan benar juga tidak instant.

Sangat demokratis sekali! ya memang! contohnya saat gitaris sedang solo (improvisasi melody) gitaris itu harus mendengerkan ide yang di bangun musisi pengiringnya (pianist, bassist dan drummer), maka disitulah terjadi interaksi atau dialog musikal, tidak harus sepaham tapi saling menghargai untuk mendengarkan aspirasi. Bukan kah sangat demokratis ??? Indahkan ??

Nah.. !!! Bagi pecinta musik jazz itulah wawancara Salam Papua dan Jeko. Jadi, ternyata musik jazz itu banyak mengandung improvisasi, dan sangat enak untuk didengarkan.

Dan,untuk pertama kalinya, Jeko akan tampil menghibur warga Timika pada 3 September 2016 di Waanal Coffee And Resto. Solo Performance yang akan ditampilkan Jeko ini terselenggara atas kerjasama Waanal Coffee And Resto dan BRI Cabang Timika sebagai sponsor utama. (Bersambung)
Related Posts

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel