Lebih Dekat Dengan Pastor Zulvy S Leon


  
Pastor Zulvy S. Leon


MENJADI Pastor (Ps) di Amerika Serikat (AS), tepatnya di Boston - Massachusetts tidak pernah terbayang dalam diri Zulvy S. Leon. Tahun 1990 atau 26 tahun lalu, Zulvy meninggalkan Jakarta untuk studi di California. Dua tahun studi di California, tepatnya tahun 1992, Zulvy mendapat panggilan dari Tuhan untuk melayani Tuhan.

Namun hal ini tidak mendapat restu dari orangtua. Zulvy tidak diperkenankan mengambil sekolah Alkitab, dan karena itu ia kemudian memilih sekolah yang berkaitan dengan manajemen sumber daya manusia. “Saya rasa manajemen sumber daya manusia ini sudah yang paling dekat dengan pelayanan,” kata Zulvy ketika bertandang ke Redaksi Salam Papua, Rabu (17/8) malam.

Tak disangka apa yang Tuhan ijinkan, pada kesempatan misi pelayanan saat ini di Timika, Ps. Zulvy berkesempatan bertemu kembali dengan Pak Joe Manurung yang mana mereka adalah sahabat saat bersama menyelesaikan studi di California Amerika.

“Di California saat itu kita punya satu komunitas, kita membantu pelajar dari Indonesia dan kita banyak memuridkan mereka, sebagai pendamping rohani bagi mahasiswa asal Indonesia supaya mereka ini bisa bertemu dengan tujuan besar dalam hidupnya. Seringkali kan kalau masih muda, focusnya hanya di depan saja, lalu lupa pada tujuan besar dalam hidupnya. Tugas pelayanan semacam inilah yang kini menjadi salah satu focus pelayanan saya di Boston,” ujar Zulvy. Pak Joe merupakan salah satu bukti anak didik dari Ps Zulvy saat mereka bersama menyelesaikan studi di California.

Tahun 1997, setelah lulus kuliah sesuai permintaan orangtua, ia kemudian pindah ke Boston dan memulai pelayanan, menjadi Gembala Tuhan sebagai Pastor (PS) di Gereja Indonesia, namanya Boston City Blessing Church. Sudah 19 tahun ia melayani melayani Tuhan di Boston. Saat ini, Zulvy juga menjadi Senior Pastor yang melayani juga di New England City Blessing Church dan Rochester City Blessing Church - New Hampshire. Sewaktu di Boston inilah, Zulvy bertemu dengan salah satu anak dari mantan Sekda Mimika, Drs Wilhelmus Haurissa yang kuliah di sana.

“Saya dengan anak pak Haurissa ini, juga mahasiswa lain asal Indonesia yang studi di Boston, tetap menjalin komunikasi ketika mereka sudah tamat dan kembali ke tanah air. Lewat komonikasi itulah, saya akhirnya bisa berkunjung ke Timika. Apalagi gereja tempat saya menjadi gembala, setiap tahun ada pengutusan gembalanya ke Indonesia,” kata Zulvy yang tiga tahun lalu sudah melayani di Jayapura.

Selain Jayapura, Zulvy juga sudah melakukan kunjungan pelayanan ke Batam dan daerah lain di Indonesia. “Kami diutus untuk melayani jemaat Tuhan di Indonesia. Selain menjadi berkat bagi jemaat di tempat kami melayani, kami juga belajar dari jemaat setempat,” ujar Zulvy.

Adalah suatu kebahagian tersendiri bisa berkunjung dan melayani Tuhan  di Timika. “Saya tiba di Timika, Sabtu 13 Agutus dan saya melayani Tuhan di GBI Sion Timika Indah  pada Minggu 14 Agustus 2016. Juga KKR pada Senin 15 Agustus di GBI Sion. Saya lihat Tuhan benar-benar bekerja di Timika ini. Jaringan Doa Pemuda Se-Kota Timika cukup bagus, dan bagi saya ini sangat baik, bila dibandingkan daerah lain di Indonesia. Apalagi jaringan doa ini cukup luas, tidak hanya melibatkan gereja tertentu saja, tapi semua gereja di Timika,” kata Zulvy yang memiliki keinginan suatu ketika bisa mendapat kunjungan pelayanan ke Serui karena Gereja tempat ia melayani saat ini memiliki cabang di Serui.

Saat ini sedikitnya terdapat 80 mahasiswa asal Indonesia yang kuliah di Boston dan Zulvy menjadi pendamping rohani bagi mereka, agar mereka bisa focus kuliah untuk meraih tujuan besar dalam hidupnya. Kuliahnya bisa selesai, cita-citanya bisa tercapai dan kembali untuk membangun tanah air. Dari 80-an mahasiswa tersebut, terdapat empat mahasiswa asal Papua, salah satunya asal Timika. “Empat mahasiswa asal Papua ini saya lihat mereka bagus dalam kuliah, mereka focus pada tujuan besar dalam hidupnya dan saya yakin mereka akan berhasil dan kembali membangun Papua,” kata Zulvy.

Bagi Zulvy, bisa kuliah di luar negeri, apalagi di California atau Boston itu merupakan anugerah dari Tuhan yang tidak boleh disia-siakan. Boston merupakan kota pelajar terkenal, terdapat 40 universitas di kota ini, biaya hidup dan biaya pendidikannya juga cukup mahal. Karena itu kepada seluruh mahasiswa asal Indonesia yang kuliah di Boston, Pastor Zulvy memotivasi mereka untuk focus pada pendidikan, juga memperkaya wawasan mereka, termasuk wawasan rohaninya.

“Untuk berhasil kuliah di luar negeri, sedikitnya ada dua hal yang harus menjadi perhatian utama yakni nilai akedemis harus bagus dan wawasan yang luas. Banyak orang yang pintar tapi wawasannya sempit, akhirnya gagal. Jadi wawasan yang luas ini, sangat menentukan karena memungkinkan seseorang mampu mengantisipasi dan mengatasi setiap permasalahan yang dihadapinya,” kata Zulvy.

Rencananya hari ini, Kamis (18/8) Pastor Zulvy akan berangkat ke Jakarta untuk selanjutnya kembali ke Boston melanjutkan pelayanan bagi Tuhan di sana. Ada banyak pelajaran yang ia dapatkan selama berkunjung ke Timika. Ia juga berharap pelayanannya selama di Timika membawa berkat bagi umat Tuhan di kota ini. (yol)

Related Posts

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel