USAID LESTARI Gelar Journalist Field Visit to Lorentz National Park

SAPA (TIMIKA) -  Untuk lebih mengenalkan Taman Nasional Lorentz (TNL), USAID LESTARI menggelar Journalist Field Visit to Lorentz National Park (wartawan kunjungan lapangan ke TNL). Kegiatan yang dilaksanakan selama empat hari, mulai 27-30 Juli 2016 akan melakukan kunjungan ke wilayah Distrik Mimika Timur Jauh.

Humas USAID LESTARI Kabupaten Mimika, Rini Sulistyawati saat media gathering  di Kantor USAID LESTARI, Selasa (26/7) mengatakan, USAID LESTARI mendukung upaya Pemerintah Republik Indonesia (RI) menurunkan emisi gas rumah kaca (GRK), melestarikan keanekaragaman hayati di ekosistem hutan dan mangrove. Yang bernilai secara biologis dan kaya akan simpanan karbon. Dimana proyek USAID LESTARI menerapkan pendekatan lanskap untuk menurunkan emisi GRK. Dengan mengintegrasikan aksi konservasi hutan dan lahan gambut. Serta strategi pembangunan rendah emisi (LEDS) di lahan lain yang sudah terdegradasi.

“ Upaya ini bisa dicapai melalui perbaikan tata guna lahan, tata kelola hutan lindung, perlindungan spesies kunci, praktik sektor swasta dan industri yang berkelanjutan. Serta peningkatan keterlibatan berbagai pemangku kepentingan dalam kegiatan konservasi,”katanya.

Ia menambahkan, kegiatan LESTARI sendiri dilaksanakan di enam lanskap strategis, yang ada di tiga pulau terbesar Indonesia. Dimana pulau-pulau tersebut memiliki sebagian tutupan hutan primer yang masih utuh dan memiliki simpanan karbon terbesar, seperti Sumatra bagian utara, Kalimantan Tengah, dan Papua

“ Untuk di Papua, ada empat lanskap, yakni Lanskap Sarmi dan Cyclops. Serta Lanskap Lorentz Lowlands, mencakup Kabupaten Mimika dan Asmat. Ditambah sebagian dari TNL, dan Lanskap Mappi-Bouven Digoel yang terletak di pesisir selatan Papua,”terangnya.

Hasil yang dicapai oleh USAID LESTARI, mampu menurunkan total emisi CO2 sebesar 41 % dari kegiatan pemanfaatan lahan dan deforestasi di seluruh wilayah lanskap. Perbaikan pengelolaan 8,42 juta hektar hutan primer atau sekunder. Perbaikan manajemen di enam wilayah konservasi. Sehingga mampu melestarikan habitat dan spesies kunci lainnya. Serta mengurangi perburuan spesies hewan endemik.

“ Sebenarnya masih banyak yang dihasilkan dari upaya USAID LESTARI ini,”ujarnya.

Ia menjelaskan, khusus Lanskap LESTARI Lorentz Lowlands, mencakup hutan mangrove seluas 400 ribu hektar, disepanjang 500 kilometer wilayah pesisir Kabupaten Mimika – Asmat. Dan hutan rawa air tawar seluas 1 juta hektar. Dimana hutan mangrove dan hutan rawa merupakan aset dunia, dengan simpanan karbon per hektar tertinggi di planet bumi.

“ Hutan mangrove sangat penting melindungi pesisir Papua dari badai, menjadi sumber pangan berharga dan bernilai komersial. Sehingga mendukung mata pencaharian masyarakat setempat, membantu mengurangi dampak perubahan iklim, dan menjadi tempat penyimpanan karbon yang besar,”terangnya.

Kata Rini, dari kondisi tersebut, daerah ini memiliki keanekaragaman hayati, seperti di Distrik Mimika Timur Jauh dan Distrik Jita. Dimana daerah ini memiliki potensi pariwisata, yakni destinasi pengamatan Burung Cendrawasih, Kasuari dan Kakatua Jambul Kuning di Kampung Manasari. Pasir putih di Pulau Yapero, merupakan salah satu kawasan yang menjadi target co-management, dalam rencana aksi bersama multipihak sebagai kawasan ekowisata. Dan destinasi burung migran di Pulau Tiga.

“ Banyak sekali potensi-potensi yang ada di TNL, untuk dikembangkan dan dipromosikan,”ujar Rini.

Karena itu, kata dia, USAID LESTARI menggandeng beberapa pihak, termasuk media untuk mempromosikan potensi TNL. Penguatan liputan media secara intensif tentang TNL, diharapkan mampu meningkatkan nilai tawar produk jasa lingkungan dan pariwisata alam. Dan penguatan liputan media dilakukan melalui kunjungan jurnalis lokal dan nasional ke TNL, untuk menggali lebih jauh berbagai potensi sosial-budaya dan pariwisata. Serta isu-isu konservasi keanekaragaman hayati.

“ Dengan menggandeng media diharapkan bisa membangun fondasi jaringan jurnalis berwawasan lingkungan. Mempromosikan potensi sosial-budaya dan pariwisata TNL melalui pemberitaan media. Dan kampanye edukasi, sebagai upaya konservasi kenakeragaman hayati untuk perlindungan tumbuhan dan satwa liar di kawasan TNL,”ungkapnya.(Red)
Related Posts

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel