Sjarief Widjaja Nilai Pandemik Covid-19 Mempengaruhi Program Penanganan Ikan di Indonesia
JAKARTA, LELEMUKU.COM – Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) melalui Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan (BRSDM) menyelenggarakan “Pelatihan Penanganan Ikan Pelagis Besar di Atas Kapal” bagi masyarakat nelayan. Pelatihan diselenggarakan selama dua hari, 28-29 Juli 2020, melalui Balai Pelatihan dan Penyuluhan Perikanan (BPPP) Bitung.
Kepala BRSDM Sjarief Widjaja mengatakan, ikan pelagis besar seperti tuna, marlin, dan tongkol memerlukan penanganan khusus dalam penangkapannya. Pasalnya, ikan tersebut harus dipastikan kesegarannya agar nutrisi ikan terjaga saat dikonsumsi masyarakat. Untuk itu, Sjarief menekankan bahwa para nelayan harus menanamkan pola pikir (mindset) ini dalam menangkap ikan, terutama ikan pelagis besar yang bernilai tinggi.
“Kita harus membayangkan bahwa ikan ini nantinya akan dipindahkan dari alam ke atas piring. Oleh karena itu, kualitasnya harus memenuhi syarat sebagai ikan yang bernutrisi dan berdampak pada tubuh kita dengan kandungan omega 3 di dalamnya. Kita harus pastikan bahwa ikan ini tidak membawa hal-hal yang tidak baik untuk tubuh kita,” tuturnya, Rabu (29/7/2020).
Selain itu, kualitas ikan juga akan mempengaruhi nilai jualnya di pasar. Ikan tuna misalnya memiliki grading A, B, dan C yang ditentukan oleh kesegaran dan kekenyalannya.
Untuk itu, terdapat beberapa teknik penanganan yang harus dilakukan oleh para nelayan.
Pertama, Sjarief mengungkap bahwa tuna dapat merasakan tekanan layaknya manusia. Oleh karena itu, penangkapannya harus dilakukan dengan hati-hati sehingga ikan tidak menjadi stress dan berdampak pada kualitas dagingnya.
“Kita harus membiarkan dia tetap berenang sampai titik tertentu dia capek, baru kita tarik pancingnya. Jadi, kita tidak melawan gerakan-gerakan tuna yang bisa menyebabkan dia stress maupun merusak sebagian badannya,” jelas Sjarief.
Kedua, tuna harus disimpan dalam cold storage (freezer) bersuhu dingin yang cukup tinggi (deep frozen) saat dipindahkan di atas kapal.
Menurutnya, suhu ideal untuk menyimpannya ialah -40 derajat celcius. Namun jika tidak memungkinkan, setidaknya tuna harus disimpan dalam suhu -4 derajat celcius. Selain itu, tubuhnya juga tidak boleh terlempar-lempar, tergores, ataupun cacat. (PSP)
Kepala BRSDM Sjarief Widjaja mengatakan, ikan pelagis besar seperti tuna, marlin, dan tongkol memerlukan penanganan khusus dalam penangkapannya. Pasalnya, ikan tersebut harus dipastikan kesegarannya agar nutrisi ikan terjaga saat dikonsumsi masyarakat. Untuk itu, Sjarief menekankan bahwa para nelayan harus menanamkan pola pikir (mindset) ini dalam menangkap ikan, terutama ikan pelagis besar yang bernilai tinggi.
“Kita harus membayangkan bahwa ikan ini nantinya akan dipindahkan dari alam ke atas piring. Oleh karena itu, kualitasnya harus memenuhi syarat sebagai ikan yang bernutrisi dan berdampak pada tubuh kita dengan kandungan omega 3 di dalamnya. Kita harus pastikan bahwa ikan ini tidak membawa hal-hal yang tidak baik untuk tubuh kita,” tuturnya, Rabu (29/7/2020).
Selain itu, kualitas ikan juga akan mempengaruhi nilai jualnya di pasar. Ikan tuna misalnya memiliki grading A, B, dan C yang ditentukan oleh kesegaran dan kekenyalannya.
Untuk itu, terdapat beberapa teknik penanganan yang harus dilakukan oleh para nelayan.
Pertama, Sjarief mengungkap bahwa tuna dapat merasakan tekanan layaknya manusia. Oleh karena itu, penangkapannya harus dilakukan dengan hati-hati sehingga ikan tidak menjadi stress dan berdampak pada kualitas dagingnya.
“Kita harus membiarkan dia tetap berenang sampai titik tertentu dia capek, baru kita tarik pancingnya. Jadi, kita tidak melawan gerakan-gerakan tuna yang bisa menyebabkan dia stress maupun merusak sebagian badannya,” jelas Sjarief.
Kedua, tuna harus disimpan dalam cold storage (freezer) bersuhu dingin yang cukup tinggi (deep frozen) saat dipindahkan di atas kapal.
Menurutnya, suhu ideal untuk menyimpannya ialah -40 derajat celcius. Namun jika tidak memungkinkan, setidaknya tuna harus disimpan dalam suhu -4 derajat celcius. Selain itu, tubuhnya juga tidak boleh terlempar-lempar, tergores, ataupun cacat. (PSP)
0 Response to "Sjarief Widjaja Nilai Pandemik Covid-19 Mempengaruhi Program Penanganan Ikan di Indonesia"
Post a Comment