Mengenal Musisi Jazz Asal Indonesia Timur Jeko Fauzy (Bagian IV)

Jeko Fauzy

DALAM wawancara Salam Papua dengan Jeko Fauzy pada edisi, Rabu (31/8), Jeko menceritakan tentang perjalanan musik Jazz. Kali ini Jeko akan menceritakan tentan peran pemerintah dalam musik Jazz.

Sebelum menjawab pertanyaan, saya ingin memberikan ucapan SELAMAT kepada media cetak SALAM PAPUA! terlihat sekali dari pertanyaan ke saya hari ke hari, rubrik ini kritis dan tinggi unsur edukasi nya terhadap pembaca setianya. Kebetulan saya pernah belajar ilmu Jurnalistik di Institut Ilmu Sosial dan Politik IISIP, Jakarta. Merasa bangga memiliki sesi tanya-jawab di rubrik media Salam Papua tercinta.

SAPA     : Bagaimana peran pemerintah dalam seni musik khususnya Jazz di Indonesia?

JEKO : Karena stigma dari pemerintah yang berangaggapan bahwa, jazz adalah musik Amerika, tapi menurut saya musik jazz sudah global knowledge. Artinya, musik jazz sudah merupakan karya intelektual manusia dalam sejarah peradaban manusia di dunia modern ini.
Sudah di depan mata ekonomi di Asia akan menjadi terdepan di dunia, maka semua mata di dunia ini tertuju pada Asia. Saat itu pula kita bertanya apakah kita sudah siap dengan kekayaan intelektual terhadap seni musik ?? Jawabanya Belum! Disinilah peran pemerintah mempersiapkan hal ini dengan cermat.

SAPA     : Kenapa di USA contohnya, banyak sekali anak-anak dibawah 10 tahun yang sudah bisa bermain Jazz dengan bagus? Sementara di Indonesia jarang kita lihat.

JEKO : Kalo di USA bukan hal aneh melihat kejadian seperti itu, karena memang musik jazz lahir di sana walaupun berkembangnya ke seluruh dunia mungkin sama seperti kita lihat anak-anak tercinta kita di Papua mahir memainkan tifa di bawah usia 10 tahun.
Sebenarnya ada jutaan anak Indonesia berbakat untuk dunia musik, sayangnya orang tua tidak cukup peka untuk menangkap signal itu di tambah pemerintah yang belum mefasilitasi hal ini dengan baik.

SAPA     : Satu kata mengenai Joy Alexander ?

JEKO  :  AMAZING!

SAPA     : Mantan Menteri dan Ketua PBSI (pak Gita Wirjawan) rupanya jago juga main piano jazz-nya, bagaimana anda melihatnya?

JEKO : Pak Gita merupakan contoh, bahwa pengenalan musik barat atau musik klasik sejak dini kepada anak dapat mampu menumbuh kembangan kepribadian yang baik dan secara biologis, mampu mencerdaskan kemamapuan perkembangan otak anak. Melihat hal ini apakah kita masih bilang bahwa, yang pintar-pintar  itu hanya anak-anak  Eropa ???
Jawabanya jelas, TIDAK !! Karena ilmu musik barat sudah menjadi warisan dunia dan milik seluruh manusia di bumi bukan cuma orang barat yang punya.

SAPA     : Event-event apa saja yang harus dilakukan pemerintah untuk mengangkat dan mengembangkan jazz di Indonesia?

JEKO : Menurut saya, event-event  adalah efek dari selebrasi hausnya masyarakat terhadap apresiasi sebuah karya seni. Artinya kalau infrastruktur pendidikan seni atau musik sudah tertata dengan baik dan memiliki kompetensi tenaga-tenaga pengajar musik yang tepat,
maka event-event  itu bukan sebuah keharusan, tetapi menjadi sebuah kebutuhan masyarakat.

SAPA     : (Pertanyaan iseng-iseng saja) di sekolah dasar,  rata-rata selalu diajarkan pianika dan suling. Kenapa tidak gitar/ bass/ drum ya bung ?

JEKO  : Ada berbagai faktor bisa di lihat dari segi ekonomis, ukuranya mudah untuk di masukan tas, sekolah tidak memfasilitasikan ruang Ensamble beserta instrumentnya, atau memang kebetulan guru-gurunya cuma bisa mainkan Pianika dan recorder. Hehe.
Kebetulan saya mengambil jurusan pendidikan musik anak waktu di ISI Jogja, jadi sebenarnya tugas saya adalah menciptakan kurikulum untuk tenaga pengajar di sekolah. 

Saya akan sangat senang kalau tanggal  3 September nanti di Waanal Coffee saat Coaching Clinic banyak guru-guru  sekolah dari play group, SD, SLTP dan SLTA bahkan perguruan tinggi yang hadir. Minimal saya bisa mendengarkan keluhan mereka dan bisa saya carikan solusinya. Amen.   Dan jangan lupa datang ke konser nya juga biar bisa membuktikan kalau saya bukan hanya bisa bicara saja, tapi gitar saya juga bisa bicara..hahaee

SAPA     : Ada masukan/saran untuk pemerintah khususnya dinas pendidikan dan seni budaya?
JEKO : Latar belakang  kecintaan saya terhadap Papua berawal dari Opa saya ( Marcus Nanulaitta)  yang selalu cerita tentang ke indahan bumi Papua. Bahkan saya memperistrikan wanita kelahiran dan besar di Tembagapura.  Jadi semoga saran ini seperti saran anak ke pada papa. Sekali lagi dengan hormat saya terhadap dinas yang terkait dan telah berkerja keras untuk kemajuan Papua. Jangan pernah berpikir hari ini tapi harus berpikir masa akan datang. Kalau hanya mengeluh dengan ketidak adaan sarana tidak akan pernah selesai, tapi lakukan lah apa yang kita mampu dengan penuh cinta terhadap regenarasi penerus. 

Menutup mata hanya menimbulkan matinya peluang meraih cita-cita generasi kita.Persiapkan anggaran sebaik mungkin untuk program bea siswa putra-putri daerah terbaik dalam bidang seni musik dan support mereka hingga mengenyam pedidikan di luar negri, hingga kelak mereka bisa kembali dan berbakti untuk adik-adik  dan  tanah kelahiran yang kita cintai ini.  Kalau kita tidak mampu mengirim putra-putri daerah terbaik untuk sekolah di luar negri mungkin kita bisa undang mereka datang.  Semata-mata hanya untuk pendidikan kepada generasi tercinta.  

Adakan pagelaran budaya tidak harus besar (yang penting berkelanjutan) tapi berskala Internasional, undang budayawan dan seniman-seniman manca negara untuk sebuah tema pertukaran budaya, jadi kita bisa bertukar informasi positif tentang pendidikan dan seni budaya. Sekaligus mempromosikan wisata Papua kepada dunia. Kita harus bergandengan tangan untuk mewujudkan Papua menjadi lebih baik.  Saya pribadi akan bantu sepenuhnya yang saya mampu untuk Papua. Amen. Bravo Papua.(Bersambung)
 

0 Response to "Mengenal Musisi Jazz Asal Indonesia Timur Jeko Fauzy (Bagian IV)"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel