Kapolres Mimika Ragukan Jumlah Pengungsi di Sentani Akibat Konflik di Mimika
Ratusan warga Timika mengungsi ke Sentani lantaran trauma dengan perang antara warga di Kwamki Lama - ISTIMEWA/KBR |
SAPA (TIMIKA) – Kapolres Mimika AKBP Yustanto Mujiharso meragukan jumlah pengungsi dari Kabupaten Mimika, yang saat ini berada dan mengungsi ke Asrama Tolikara Jalan. Kuburan Polomo Kelurahan Hinekombe, Distrik Sentani, Kabupaten Jayapura, Provinsi Papua.
Menurut dia, kalaupun ada warga dari wilayah Iliale, Kampung Tunas Matoa, Distrik Kwamki Narama, yang terpaksa keluar daerah akibat terjadinya konflik perang, maka jumlahnya tidak mencapai 300an orang.
“Kalau kita lihat sekilas pemantauan kita, memang ada tapi tidak sebanyak itu. Yang disampaikan lebih dari 300 orang, itu saya tidak bisa membenarkan, artinya masih diragukan,” ungkap Kapolres di Hotel & Resto Cenderawasih 66, Jumat (29/7).
Kapolres sendiri tidak mengetahui diperoleh dari mana data jumlah pengungsi yang disebutkan koordinator pengungsi di Sentani. Secara pasti, pasca penyerangan di Iliale 25 Juli 2016 lalu dan terjadi aksi pengrusakan bahkan pembakaran tempat tinggal, memang warga Iliale mengungsi pada sejumlah gereja GIDI yang berada di kampung Karang Senang-SP 3, Distrik Kuala Kencana, salah satunya gereja GIDI Jemaat Getsemani.
“Tidak tahu mereka dapat data dari mana, karena yang jelas memang ada sekitar 50-60 rumah yang dirusak ada dibakar. Kalau kita lihat masyarakat disekitar situ saat ini juga masih banyak, kemudian ada informasi sekitar 400 sampai 500 orang mengungsi di Jayapura, kita tidak tahu bahwa itu data dari mana. Tapi yang jelas mungkin ada juga, tetapi tidak sebanyak itu,” terang Kapolres.
Terkait hal ini, Kapolres telah memerintahakan Kasat Binmas dan Kasat Intelkam Polres Mimika untuk mencari data terkait. Hal ini untuk memastikan apakah benar masyarakat dari Mimika, dalam hal ini warga Iliale, dengan jumlah banyak telah mengungsi ke Sentani, Jayapura, akibat konflik.
“Nanti datanya akan kita cek lagi, dan tadi saya sudah perintahkan Kasat Binmas sama Kasat Intel untuk mencari data di Dinas Kependudukan, dengan koordinasi bersama kepala kampung dan kepala distrik untuk mengecek data riilnya,” tutur Kapolres.
Hanya 50 Orang
Sementara itu Komandan Kodim (Dandim) 1701 Jayapura, Letkol Inf M. Mahbub Junaedi saat melakukan kunjungan ke tempat pengungsi warga Kwamki Narama di di Sentani mendapati bahwa jumlah sebenarnya para pengungsi adalah 50 orang.
"Karena mereka merasa keamanannya terancam dengan terjadinya perang suku antara suku Dani dan suku Amungme, maka ke 50 orang tersebut memilih mengungsi untuk mengamankan diri dan keluarganya," ungkap Dandim.
Mahbub menghimbau kepada seluruh pengungsi agar selama berada di Kabupaten Jayapura kiranya dapat turut menjaga keamanan dan ketertiban sehingga tidak terjadi lagi kejadian yang serupa seperti terjadi di Timika dan di harapkan masyarakat untuk tidak mudah terprovokasi dengan berita-berita tidak benar yang tujuannya jelas mengadu domba sehingga akan menambah resah warga.
“Kita di Jayapura ini terdiri dari barbagai suku yang ada di Indonesia, sehingga kita harus menjalin hubungan yang baik antara sesama suku dan umat beragama. Jangan terpengaruh dengan saudara kita yang lain untuk melakukan kegiatan yang dapat merugikan diri kita sendiri terutama melibatkan diri dengan kelompok anti pembangunan yang sampai saat ini masih sering mengadakan aksi-aksi merugikan dan mengganggu aktifitas masyarakat umum. Saya minta agar semua pengungsi yang ada disini supaya didata untuk mempermudahkan dalam pengecekan dan penanganan apabila terdapat kendala di lapangan” tutur dia. (Saldi Hermanto/red)
Menurut dia, kalaupun ada warga dari wilayah Iliale, Kampung Tunas Matoa, Distrik Kwamki Narama, yang terpaksa keluar daerah akibat terjadinya konflik perang, maka jumlahnya tidak mencapai 300an orang.
“Kalau kita lihat sekilas pemantauan kita, memang ada tapi tidak sebanyak itu. Yang disampaikan lebih dari 300 orang, itu saya tidak bisa membenarkan, artinya masih diragukan,” ungkap Kapolres di Hotel & Resto Cenderawasih 66, Jumat (29/7).
Kapolres sendiri tidak mengetahui diperoleh dari mana data jumlah pengungsi yang disebutkan koordinator pengungsi di Sentani. Secara pasti, pasca penyerangan di Iliale 25 Juli 2016 lalu dan terjadi aksi pengrusakan bahkan pembakaran tempat tinggal, memang warga Iliale mengungsi pada sejumlah gereja GIDI yang berada di kampung Karang Senang-SP 3, Distrik Kuala Kencana, salah satunya gereja GIDI Jemaat Getsemani.
“Tidak tahu mereka dapat data dari mana, karena yang jelas memang ada sekitar 50-60 rumah yang dirusak ada dibakar. Kalau kita lihat masyarakat disekitar situ saat ini juga masih banyak, kemudian ada informasi sekitar 400 sampai 500 orang mengungsi di Jayapura, kita tidak tahu bahwa itu data dari mana. Tapi yang jelas mungkin ada juga, tetapi tidak sebanyak itu,” terang Kapolres.
Terkait hal ini, Kapolres telah memerintahakan Kasat Binmas dan Kasat Intelkam Polres Mimika untuk mencari data terkait. Hal ini untuk memastikan apakah benar masyarakat dari Mimika, dalam hal ini warga Iliale, dengan jumlah banyak telah mengungsi ke Sentani, Jayapura, akibat konflik.
“Nanti datanya akan kita cek lagi, dan tadi saya sudah perintahkan Kasat Binmas sama Kasat Intel untuk mencari data di Dinas Kependudukan, dengan koordinasi bersama kepala kampung dan kepala distrik untuk mengecek data riilnya,” tutur Kapolres.
Hanya 50 Orang
Sementara itu Komandan Kodim (Dandim) 1701 Jayapura, Letkol Inf M. Mahbub Junaedi saat melakukan kunjungan ke tempat pengungsi warga Kwamki Narama di di Sentani mendapati bahwa jumlah sebenarnya para pengungsi adalah 50 orang.
"Karena mereka merasa keamanannya terancam dengan terjadinya perang suku antara suku Dani dan suku Amungme, maka ke 50 orang tersebut memilih mengungsi untuk mengamankan diri dan keluarganya," ungkap Dandim.
Mahbub menghimbau kepada seluruh pengungsi agar selama berada di Kabupaten Jayapura kiranya dapat turut menjaga keamanan dan ketertiban sehingga tidak terjadi lagi kejadian yang serupa seperti terjadi di Timika dan di harapkan masyarakat untuk tidak mudah terprovokasi dengan berita-berita tidak benar yang tujuannya jelas mengadu domba sehingga akan menambah resah warga.
“Kita di Jayapura ini terdiri dari barbagai suku yang ada di Indonesia, sehingga kita harus menjalin hubungan yang baik antara sesama suku dan umat beragama. Jangan terpengaruh dengan saudara kita yang lain untuk melakukan kegiatan yang dapat merugikan diri kita sendiri terutama melibatkan diri dengan kelompok anti pembangunan yang sampai saat ini masih sering mengadakan aksi-aksi merugikan dan mengganggu aktifitas masyarakat umum. Saya minta agar semua pengungsi yang ada disini supaya didata untuk mempermudahkan dalam pengecekan dan penanganan apabila terdapat kendala di lapangan” tutur dia. (Saldi Hermanto/red)
0 Response to "Kapolres Mimika Ragukan Jumlah Pengungsi di Sentani Akibat Konflik di Mimika"
Post a Comment